Dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a., ia berkata, Bersama dua orang saudara
sepupu, saya mendatangi Nabi saw. Kemudian salah seorang diantara keduanya
berkata, “Wahai
Rasulullah, berilah kami jabatan pada sebagian dari yang telah Allah ‘Azza wa
Jalla kuasakan terhadapmu.” Dan yang lain
juga berkata begitu. Kemudian beliau bersabda,
“Demi Allah, aku tidak akan mengangkat pejabat kerana
memintanya, atau berambisi dengan jabatan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian pula sabdanya yang
ditujukan kepada Abdurrahman bin Samrah:
“Yaa Abdurrahman,
janganlah engkau meminta kepemimpinan, sebab apabila engkau diberi tentang
suatu masalah, engkau akan terasa dibebani. Dan bila tidak diberinya tentang
suatu masalah, maka hal itu akan menolongmu.” (HR. Bukhari)
Orang yang beramal dan termotivasi oleh cinta kedudukan dan kepemimpinan, biasanya akan tejerumus ke dalam berbagai kesalahan dan memancing datangnya fitnah, bahkan bisa menjadi triger (pemicu) perselisihan. Biasanya pula dirinya akan bersemangat penuh dengan vitalitas dalam beramal, manakala hal itu menjanjikan sebuah kedudukan ataupun status, namun ketika tak ada peluang untuk itu tak ada pula semangat dan yang tersisa hanya malas dan loyo. Hal ini adalah penyakit yang berbahaya jika tidak segera diterapi.
Orang yang beramal dan termotivasi oleh cinta kedudukan dan kepemimpinan, biasanya akan tejerumus ke dalam berbagai kesalahan dan memancing datangnya fitnah, bahkan bisa menjadi triger (pemicu) perselisihan. Biasanya pula dirinya akan bersemangat penuh dengan vitalitas dalam beramal, manakala hal itu menjanjikan sebuah kedudukan ataupun status, namun ketika tak ada peluang untuk itu tak ada pula semangat dan yang tersisa hanya malas dan loyo. Hal ini adalah penyakit yang berbahaya jika tidak segera diterapi.
“Sesungguhnya kami,
demi Allah, tidak akan mengangkat seorang wali (pemimpin) atas pekerjaan ini
(dari) orang yang meminta (menjadi pemimpin) atau (dari) orang yang ambisius
dengannya (pekerjaan tersebut).”
(HR. Bukhari)
Ambisius meraih kedudukan, jabatan, ketenaran dan status dalam istilah Dr. Sayyid Muhammad Nuh disebut dengan Attathali’u ilaa ash shadaarah wa thalabu ar riyaadah yang berarti kehendak seorang untuk mencari segalanya lebih tinggi atau lebih utama dari orang lain. Shadaarah atau riyaadah, bermakna keinginan hati untuk menjadi pemimpin (imam) secara terang-terangan dan berlomba untuk mendapatkannya serta mendapatkan keutamaan-keutamaannya. Dan menurut beliau hal ini termasuk penyakit.
Ambisius meraih kedudukan, jabatan, ketenaran dan status dalam istilah Dr. Sayyid Muhammad Nuh disebut dengan Attathali’u ilaa ash shadaarah wa thalabu ar riyaadah yang berarti kehendak seorang untuk mencari segalanya lebih tinggi atau lebih utama dari orang lain. Shadaarah atau riyaadah, bermakna keinginan hati untuk menjadi pemimpin (imam) secara terang-terangan dan berlomba untuk mendapatkannya serta mendapatkan keutamaan-keutamaannya. Dan menurut beliau hal ini termasuk penyakit.
(Semoga
Bermanfaat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar