Imunisasi sesuai dengan namanya berarti upaya untuk
membentuk sistem kekebalan tubuh dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Baik
berupa vaksin BCG untuk TBC, TT untuk Tetanus, Hepatitis, Meningitis, Campak, Volio
ataupun yang lainnya. Vaksin ini dibuat dengan mengambil bakteri atau
virus yang ada pada penyakit yang akan
di buatkan vaksinnya. Semisal vaksin TT (Tetanus Toxoid) untuk Tetanus dimana vaksin ini terbuat dari toxin
tetanus yang telah dilemahkan. Begitupun untuk vaksin lainnya, semua berawal
dari toxin atau virus. Toxin atau virus tersebut kemudian diolah
sedemikian rupa baik dengan istilah dilemahkan atau dilumpuhkan. Hasilnya bibit
penyakit yang lemah terbentuk yang dipoles menjadi vaksin dan kemudian
diperbanyak lalu disuntikkan ke tubuh Anda atau anak Anda.
Menjadi permasalahan imunisasi pada
dasarnya tak lebih dari KONSPIRASI DI
ERA GLOBALISASI. Bagaimana mungkin tujuan imunisasi yang katanya untuk
membentuk sistem kekebalan tubuh tercapai kalau dalam prosesnya justru upaya
memasukkan bibit penyakitlah yang dilakukan. “Tak masuk akal
memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan
dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan
tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit,
tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun,
tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih
baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.” Dr. William Hay, dalam
buku “Immunisation: The Reality behind the Myth” Menjadi pertanyaan, mungkinkah tindakan ini
bisa dibenarkan? Lagi-lagi orang awamlah yang menjadi koban. Bagaimana mungkin
bayi yang masih lemah dan belum mengenal apapun
bisa menolak ketika vaksin ini dimasukkan kedalam tubuhnya. Dia begitu
pasrah menerima apapun yang diperlakukan kepadanya.
Mungkinkah orang tua yang telah
mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anaknya rela membiarkan ragam bibit
penyakit dimasukkan kedalam tubuh anak kesayangannya? Maka orang tua yang sehat
dan arif tentu menolak keras bahkan menentangya bila hal ini terjadi. Begitupun
dengan kita hari ini, setelah mengetahui bahwa sekian lama begitu banyak ragam
bibit penyakit/racun telah masuk ke dalam tubuh kita, apakah kita akan pasrah
dengan semua ini? Kita berharap hal ini cukup terjadi pada kita. Bukan pada
anak kita dan keturunan kita nantinya.
Kini saatnya kita mulai berpikir,
lantas kenapa ini semua tetap berjalan sampai hari ini? Jawabannya ada pada
mereka yang gencar melakukan Imunisasi pada anak bayi dan terkhusus pada mereka
yang menjadi penentu kebijakan atas pelaksanaan imunisasi. Mencermati masalah
virus membuat Presidium MER-C Joserizal Jurnalis geram. Belum lama ini kepada
pers dia menegaskan bahwa dalam penelitian masalah virus terdapat 3 persoalan
besar, yaitu persoalan bisnis, persoalan keamanan dan persoalan umat manusia. Adapun
sasaran vaksin ini adalah negara-negara berkembang yaitu Afrika, Asia dan
Amerika Latin. Sedang yang mengambil keuntungan dari vaksin ini adalah
negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Sementara Dr. Dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.JP(K) mantan Menteri Kesehatan yang kini menjadi Dewan Penasihat Presiden juga
mengamati adanya konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan
“senjata biologis” dengan menggunakan virus flu burung. Akibatnya, Siti Fadilah
dinilai membuka kedok badan kesehatan dunia (WHO) yang lebih dari 50 tahun
mewajibkan virus sharing yang banyak
merugikan negara miskin dan berkembang seperti Indonesia.
Adanya banyak kepentingan ataupun
konspirasi dan siasat merusak kesehatan manusia dibalik pelaksanaan
imunisasi/vaksinasi semakin mudah dipahami. Betapa tidak, hanya karena alasan
membentuk sistem kekebalan tubuh imunisasi menjadi tindakan yang membingungkan
dan sulit diterima akal sehat. Ibaratnya “apakah untuk melindungi rumah kita
dari pencuri kita harus memasukkan pencuri kedalam rumah kita?” demikian pun
dengan imunisasi “apakah untuk mencegah bayi kita dari polio harus dengan
memasukkan bibit penyakit polio kedalam tubuhnya?” rasanya ini hal yang
mustahil, tak lebih dari menghindari keburukan dengan keburukan baru. Mengutip
pernyataan Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional
Amerika, beliau mengatakan bahwa “Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin
yang tidak pernah digunakan.” Selain itu, sebuah pernyataan juga pernah
dilontarkan oleh Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris yang menyatakan “Kanker
pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai
diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari
mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.” Tentunya ini semua telah menjadi berita yang mencengankan yang tak
terjamah oleh penduduk bangsa ini sehingga imunisasi di negara ini masih tetap
eksis hingga hari ini. Dan sebenarnya ketika hari kita mencoba untuk menggali
lebih jauh informasi tentang imunisasi maka kita akan disuguhkan oleh begitu
banyak berita yang menyedihkan akibat pelaksanaan imunisasi baik yang terjadi
dibangsa ini maupun di negara-negara lain yang mulai tersadarkan akan
keberadaan imunisasi yang katanya hari ini telah menjadi bencana tersendiri di
jaman modern ini.
Setelah merenungkan begitu banyak
masalah yang ada dibalik imunisasi dan mengetahui bahwa imunisasi yang sekian
lama telah dipahami oleh sebagian orang sebagai upaya membentuk dan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh ternyata bukanlah solusi dan justru
merupakan kesalahan terbesar, lantas apa yang harus dilakukan? Yang pertama
harus dilakukan adalah dengan tidak melakukan kesalahan yang sama, berikutnya
mari kita kembali ke tuntunan kesehatan yang sebenarnya. Sebagaimana Islam
telah memberikan tuntunan kesehatan sejak dalam kandungan hingga usia senja.
Lebih dari itu secara lengkap, Islam mendidik umatnya untuk hidup sehat sejak
usia 0 tahun hingga tua, atau Dienullah
ini memberikan arahan yang jelas dan tuntas bagaimana hidup sehat mulai bangun
tidur hingga tidur lagi dan seterusnya. Artinya bagaimana kita lebih kepada
melakukan upaya-upaya yang memang betul-betul telah diajarkan oleh Allah
melalui Rasul-Nya dan bagaimana kita sebagai manusia yang berpikir untuk melakukan
upaya-upaya yang masih bisa diterima akal sehat dalam menunjang kesehatan kita
untuk tetap fit ataupun meningkatkan imunitas tubuh, baik dengan rajin
berolahraga, makan makanan yang bergizi dan teratur ataupun istirahat yang
cukup. Semua itu pada dasarnya telah menjadi solusi yang tepat namun menjadi
permasalahan ketika kita terbiasa untuk instan sehingga proses-proses itu
terasa berat untuk kita lakukan. Dan walaupun pada akhirnya kita betul-betul
sakit, mari kita mengingat apa yang pernah diwasiatkan Rasulullah Shalaallahu
‘Alaihi Wa Sallam bahwa: “Sesungguhnya
Allah menurunkan penyakit dan menurunkan obatnya dan menjadikan obat untuk
(setiap penyakit), namun jangan kalian berobat dengan yang haram.” Adapun
untuk bayi, bukankah bahwa hampir semua bayi lahir dalam keadaan suci dan sehat
dan sebagaimana firman Allah dalam Q.S. At-Tin Ayat 4 dikatakan bahwa “Sesungguhnya
Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” WALLAHU
A’LAM

Tidak ada komentar:
Posting Komentar